INOVASI menjadi kata kunci untuk memenangkan
persaingan. Di sektor bisnis telekomunikasi, inovasi 10 vendor
telekomunikasi di Indonesia berlangsung ketat. Bukan hanya diwarnai
perang harga, inovasi produk tapi juga berlomba lomba menambah fasilitas
infrastruktur.
Seperti XL, guna memperkuat posisi dan menambah fasilitas jaringan
mereka, perusahaan operator terbesar kedua di Indonesia ini telah
melakukan merger dengan Axis. Merger ini secara otomatis menambah
frekuensi dan jumlah BTS yang dimiliki kedua belah pihak.
Tidak hanya itu, gabungan kedua perusahaan ini diprediksi akan
semakin memperbesar pangsa pasar keduanya, sekaligus menambah jumlah
pelanggan XL Axis. Namun bukan saja merger, inovasi produk dan layanan
juga gencar dilakukan XL.
Pertengahan September ini, XL menjalin kerja sama dengan PT Asuransi
Umum Mega. Kerja sama itu dalam bentuk produk Mega XL Proteksi Diri. Ini
merupakan layanan asuransi kecelakaan diri yang bersifat mikro. Yaitu,
sederhana, mudah, ekonomis dan singkat/segera.
Layanan ini bisa diakses dengan sangat mudah oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Dan paling menarik, premi asuransi yang harus dibayarkan
pelanggan sangatlah murah, yaitu Rp 3.300. Dengan bayar senilai
tersebut, pelanggan akan mendapat perlindungan selama 30 hari. Seluruh
masalah klaim dan komplain juga akan ditangani oleh kantor cabang dan
kantor penjualan PT Asuransi Umum Mega.
Menariknya lagi, cara menjadi peserta asuransi ini sangatlah mudah.
Semudah pelanggan mengisi pulsa telepon genggam. Pelanggan cukup menekan
tombol *123*4567# di ponsel atau ketik Jamin kirim SMS 4567.
Selanjutnya tinggal mengikuti instruksi yang muncul. Meski premi yang
dibayar pelanggan sangat murah, bukan berarti nilai pertanggungan yang
didapat rendah.
Pelanggan yang mengikuti asuransi ini akan mendapatkan nilai
pertanggungan sebesar Rp 20 juta. Menurut Presiden Direktur XL Hasnul
Suhaimi, kemitraan XL dengan PT Asuransi Umum Mega ini merupakan wujud
nyata dukungan pihaknya agar masyarakat dan pelanggan bisa mendapatkan
perlindungan asuransi dengan mudah dan terjangkau.
"Dengan kemudahan layanan yang bisa diperoleh pelanggan melalui Mega
XL Proteksi Diri ini dapat memberikan dan meningkatkan rasa aman
pelanggan saat menghadapi risiko kecelakaan," ujar dia, Jumat
(26/9/2014).
Tentu bukan hanya produk ini yang memberikan kemudahan bagi para
pelanggan XL. XL juga memberikan perhatian cukup besar bagi perkembangan
UMKM di Indonesia. Hal tersebut diwujudkan dengan meluncurkan program
UKM Goes Mobile pada Mei 2014 lalu.
UKM Goes Mobile ini merupakan media digital yang dapat dimanfaatkan
pelaku UMKM untuk mempromosikan produknya. UKM tidak perlu khawatir akan
dikenakan biaya tinggi. Sebab, XL menjamin biaya yang dikenai
terjangkau. "Dengan biaya yang terjangkau, layanan ini menjadi solusi
bagi UKM untuk mendapat kesempatan tumbuh menjadi usaha yang lebih
besar," jelas General Manager M Advertising XL Herwinto Chandra
Sutantyo.
Dengan fasilitas ini, para UKM dapat melakukan promosi berdasarkan
location based advertising (LBA) atau layanan promosi yang memanfaatkan
keberadaan pelanggan XL dan bersifat sangat lokal. Promosi melalui LBA
ini dilakukan dengan cara memanfaatkan jalur SMS dan MMS sebagai media
penyampaiannya.
Di samping itu, tersedia juga layanan promosi melalui aplikasi radio
streaming yang dimiliki beberapa stasiun radio terkemuka seperti Radio
Prambors, Radio Delta, Radio Female, Cosmopolitan FM, Hard Rock FM,
GenFM, JakFM, dan Urban FM. Layanan Radio Streaming ini memanfaatkan
audio, video, serta gambar sebagai media utama.
Herwinto menambahkan, layanan promosi melalui media seluler UKM
menegaskan keseriusan XL dalam membantu pertumbuhan usaha lokal dan
daerah agar menjadi raksasa bisnis. Penegasan ini dilakukan oleh XL
dengan menyediakan tim Mobile Advertising di 5 regional miliknya yang
tersebar di Indonesia yakni West Region (Sumatera), Central Region (Jawa
Barat dan Jawa Tengah), North Region (Kalimantan dan Sulawesi) serta
East Region (Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara).
"XL berkeyakinan dengan memanfaatkan Mobile Advertising ini
masyarakat akan semakin mudah mengenali produk dan jasa milik para UKM.
Hingga April 2014, sudah 450 UKM memanfaatkan layanan ini," tuturnya.
Wujud dukungan XL terhadap UMKM ini juga ditunjukkan dengan program
XL Planet. XL Planet merupakan sebuah perusahaan belanja online yang
kini telah cukup popular bernama Elevania. Elevania secara tidak
langsung memberi ruang bagi UMKM untuk mempromosikan sekaligus menjual
produk mereka secara lebih luas.
Sejak resmi beroperasi 1 Maret 2014, kini Elevenia telah menyediakan
600 ribu produk yang dijual oleh sekitar 7.000 penjual. Sekitar 90
persen lebih penjual ini merupakan pelaku usaha kecil menengah, baik
korporasi maupun perseorangan.
Kategori produk yang ditawarkan di Elevenia juga cukup beragam, mulai
dari produk fesyen, kecantikan, kesehatan, bayi dan anak, rumah, gadget
dan komputer, elektronik, hobi, layanan dan makanan. Layanan ini juga
bisa diakses melalui aplikasi yang tersedia untuk perangkat ponsel
berbasis android maupun iOS.
Masih dalam rangka memberi kemudahan bagi masyarakat, XL juga gencar
mendukung kampanye Gerakan Nasional Non Tunai (GNTT) yang dicanangkan
Bank Indonesia. Untuk membantu program pemerintah ini, XL memiliki
layanan uang elektronik bernama XL Tunai.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah tengah menggencarkan transaksi
non tunai atau cashless society. Tujuannya, bukan saja agar menciptakan
transaksi yang lebih aman, tapi juga dapat menghemat uang negara. Ini
karena biaya pencetakan uang baru bisa mencapai Rp 3 triliun setiap
tahunnya.
Lebih besar dari itu, manfaat penggunakan sarana pembayaran non tunai
dalam transaksi keuangan akan mampu menekan praktik korupsi, menekan
peredaran uang palsu, sekaligus mendukung transparansi transaksi.
Memang layanan uang elektronik bukan sesuatu yang baru bagi XL.
Layanan ini telah dikenalkan sejak tahun lalu bersama operator lainnya.
Bahkan uang elektronik ini dapat ditransfer antaroperator selular yakni
Telkomsel dan Indosat.
XL menyadari, butuh kesadaran untuk mengedukasi masyarakat untuk
beralih dari transaksi tunai menjadi non tunai. Namun, XL berkeyakinan
bahwa seiring perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, peralihan
transaksi ke non tunai akan menjadi sebuah kebutuhan.
Alasannya, transaksi non tunai lebih praktis, aman dan cepat. Untuk
melakukan transaksi, masyarakat tak perlu membawa uang dalam jumlah
banyak. Masyarakat cukup mengisi saldo XL Tunai, kemudian memanfaatkan
saldo tersebut untuk berbelanja.
Chief Operatong Officer XL Willem Lucas menyatakan bahwa transaksi
non tunai sudah menunjukkan peningkatan khususnya di perkotaan. Tren
peningkatan ini juga seiring semakin banyaknya layanan digital yang
menawarkan berbagai transaksi non tunai.
Saat ini, layanan XL Tunai telah dimanfaatkan sekitar 1,2 juta dari
68,5 juta pelanggan XL. Selain itu, XL Tunai telah bekerja sama dengan
lebih dari 98 merchant dengan jumlah 10 ribu outlet di seluruh
Indonesia. Cara mengaktifkan dan menggunakan XL Tunai juga sangat mudah.
Pelanggan cukup mengakases melalui *123*120#.
Tantangan Jaringan
Tentu inovasi layanan dan aplikasi yang diberikan XL tidak hanya
sebatas yang dijelaskan di atas. Ada banyak inovasi teknologi, inovasi
layanan hingga aplikasi yang diberikan operator ini. Meski begitu,
sebagai salah satu operator yang bersaing ketat dengan operator pelat
merah, XL tentu masih memiliki banyak pekerjaan rumah.
Kualitas jaringan XL harus semakin ditingkatkan. Saat ini, kebutuhan
masyarakat terhadap jaringan 3G sudah semakin tinggi. Bahkan
kecenderungannya akan semakin besar, mengingat pengguna internet
bergerak (mobile) sudah begitu besar.
Sampai saat ini pengguna internet mencapai 80 juta (data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII). Dari jumlah tersebut, 90
persennya menggunakan internet dari perangkat mobile. Sementara itu,
pengguna ponsel mencapai 270 juta. Jumlah ini lebih banyak daripada
jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa.
Pemerintah sendiri menyatakan, ketersediaan sistem informasi dan
komunikasi menjadi kebutuhan dari seluruh elemen masyarakat. Karena itu,
pemerintah pun sangat konsen dalam membangun sarana komunikasi dan
informasi. Di bawah Kementerian Komunikasi, sudah membangun 1.000 wifi
gratis di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Pemerintah menargetkan
program 1 juta wifi. Untuk meningkatkan layanan kecepatan akses internet
WiFi gratis, pemerintah akan menaikkan kecepatan dari 2 Mbps hingga 8
Mbps hingga tahun 2015.
Tentu, gerakan membangun sarana akses internet cepat juga harus
diikuti operator selular lain. Agar mampu mengkover kebutuhan masyarakat
pengguna internet yang diprediksi akan mencapai dua kali lipat dari
posisi saat ini. Pembangunan BTS di daerah daerah yang tidak terkover
listrik, tentu harus menjadi PR bersama semua operator dan pemerintah.
Agar proses koneksi komunikasi antara daerah terpencil dengan
perkotaan semakin terbuka. Dan karena ketersediaan tenaga listrik di
negeri ini terbatas, maka XL pun memiliki PR untuk terus mengembangkan
teknologi BTS yang menggunakan sumber energi lain seperti tenaga
matahari, biogas, atau lainnya.
Tingginya penggunaan data selular ini, belakangan kerap membuat
trafik data internet selular lemot. Di sejumlah titik, bahkan sambungan
internet sering hilang. Karena itu, penambahan infrastruktur jaringan
mutlak dilakukan.
Berdasarkan data ATSI, penggunaan internet di Indonesia merupakan
tertinggi ketujuh di dunia. Posisi ini hanya berbeda tipis dengan Rusia
yang berada di peringkat ke 6 dan Jepang di peringkat ke 5. Sayang
kondisi tersebut tidak sebanding dengan kecepatan internet yang didapat.
Berdasarkan data Akamai 2014, Indonesia tidak termasuk negara yang
memiliki koneksi internet cepat, baik itu melalui sambungan kabel maupun
nirkabel. Berdasarkan data Akamai ini, negara yang memiliki kecepatan
akses internet lewat ponsel yakni Korea Selatan dengan 14.7 Mbps,
Ukraina dengan 7.3 Mbps, Denmark dengan 7.0 Mbps, Slowakia dengan 7.0
Mbps, dan Swedia dengan 6.6 Mbps. Ironisnya, Indonesia masuk dalam
jajaran 10 besar negara dengan koneksi internet lelet alias lambat.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan,
harus ada kerja sama antara seluruh stakeholder. "Akademik sebagai
inkubator, businessman sebagai operator, government sebagai regulator.
Komunitas sebagai tempat lahan pengembangan pengembangan dan aplikasi
harus bekerja sama, menjadi lahan yang subur bagi pengembangan ICT ke
depan," jelasnya. Hal tersebut penting dilakukan mengingat semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan akses data cepat.
Penggunaan media sosial yang meningkat tajam di antara para pengguna
internet kata dia, telah menyebabkan lalu lintas data yang besar di
antara para operator seluler. Ini mendorong naiknya penggunaan solusi
bisnis berbasis awan untuk perusahaan besar maupun kecil.
Tingkatkan Layanan Pelanggan
Persoalan operator selular di Tanah Air tidak hanya infrastruktur,
namun juga layanan pelanggan. Berdasarkan survei global terbaru yang
dilakukan oleh Ovum untuk Tektronix Communications, mengungkap bahwa
buruknya layanan pelanggan menjadi alasan utama bagi sepertiga dari
seluruh pelanggan seluler di dunia untuk mengganti operator selulernya
(38% responden). Baru kemudian, alasan kualitas jaringan (34%), dan
keterbatasan layanan dan fitur dibandingkan dengan yang ditawarkan
operator selular lainnya (27%).
Menurut Sales Director Asia Tenggara Tekronix Communication Viraj
Pradhan, meski akhir akhir ini, operator berlomba lomba meningkatkan
investasi sumber daya manusia dan infrastruktur, layanan pelanggan tetap
menjadi tantangan bagi para operator selular. Layanan pelanggan
mempengaruhi indikator utama kinerja operator, seperti tingkat kepuasan
pelanggan, serta berdampak pada risiko perpindahan pelanggan yang
semakin meningkat.
Berdasarkan survei ini, operator selular di Tanah Air memiliki risiko
kehilangan hampir seperempat dari jumlah pelanggan mereka. Ini karena
22 persen dari responden menyatakan niat mereka untuk berpindah operator
selular dalam kurun waktu 12 bulan kedepan. Lebih dari sepertiga atau
36 persen dari pelanggan di Indonesia merasa bahwa layanan pelanggan
yang buruk menjadi pertimbangan utama mereka berpindah operator.
Laporan ini mengungkapkan bahwa lebih dari setengah atau 55 persen
responden di Indonesia menilai bahwa kemudahan untuk terhubung dengan
petugas layanan secara langsung sepanjang 24 jam 7 hari dalam seminggu
yang paling penting. Terkait layanan pelanggan ini, pengguna selular di
Tanah Air sangat mementingkan kecepatan petugas dalam memecahkan
masalah, kemudian diikuti dengan seberapa cepat konsumen dapat terhubung
dengan petugas layanan pelanggan tersebut.
Menurut Viraj, tidak bisa hanya mengandalkan harga dan penawaran
layanan yang kompetitif saja untuk mempertahankan dan menarik pelanggan
baru. Layanan pelanggan kata dia, menjadi faktor penentu keberhasilan
dan diferensisasi pasar. Sebab, produk yang ditawarkan sudah semakin
sulit untuk dibedakan satu sama lain.
Satu yang menarik dari survei ini adalah harapan pelanggan terhadap
operator selular kini telah berubah seiring tren konsumsi layanan data,
karena kini pengguna lebih banyak menggunakan perangkat mobile untuk
menjelajah web, streaming video serta akses aplikasi jejaring sosial.
Karena itu sebagai wadah interaksi antara pelanggan dengan operator
seluler, layanan pelanggan harus bisa mengikuti tren kebutuhan konsumen.
"Hal ini dapat diraih jika tim layanan pelanggan memiliki data
kinerja yang dirangkum dari jaringan secara real time dan mampu
memberikan informasi tentang 10 20 panggilan terakhir dari seorang
pelanggan secara cepat kepada petugas layanan pelanggan, sehingga mereka
mampu mengidentifikasi, mengkomunikasikan dan menindaklanjuti laporan
yang masuk seputar penurunan kualitas panggilan suara, video, atau
layanan data," kata Viraj.
Survei global yang dilakukan terhadap 3.544 konsumen dengan sampel
perwakilan dari berbagai negara (Australia, India, Indonesia, Turki,
Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat) ini tentu bisa menjadi
rujukan bagi seluruh operator selular di Tanah Air untuk semakin
meningkatkan kinerjanya. Bagaimanapun tren perkembangan selular di masa
mendatang di berbagai belahan dunia hampir mendekati sama. Kebutuhan
layanan data diprediksi akan semakin tinggi, seiring makin besarnya
penggunaan jejaring sosial, video streaming, dan lain sebagainya. Tentu
layanan baik dari penyediaan infrastruktur, tarif layanan data yang
semakin terjangkau hingga layanan pelanggan harus menjadi perhatian
operator selular.(gustina asmara/tribun lampung